KEWALAHAN

KEWALAHAN

Waktu itu saat sedang jam makan siang, tetiba muncul sebuah obrolan tentang overwhelmed (kewalahan) dalam bekerja, mengingat memang banyak sekali pekerjaan printilan yang harus dikerjakan berbarengan dengan pekerjaan yang lebih prioritas di kantor saat itu. Aku ingat betul pesan seniorku saat itu, yaitu tentang menuliskan to do list setiap hari, supaya ingat dan bisa menyelesaikan satu persatu tugas yang tidak ada habis-habisnya itu. Mulai belajar menata jadwal dan mengatur fokus untuk bisa bekerja cepat dan tepat sehingga perasaan kewalahan tersebut bisa perlahan teratasi.

Bisa juga dengan mulai mengatur jadwal kerja kita kembali, seperti berangkat pagi atau memulai pekerjaan saat pagi dimana belum banyak yang mendistraksi. Atur jadwal sedetil-detilnya agar lebih mudah untuk mengatur pekerjaan. Meski tugas yang dihadapi itu semua rutin dikerjakan setiap hari, tapi masih tetap harus dipersiapkan. Setidaknya bisa dirutinkan mengatur jadwal pada malam hari untuk esok harinya, supaya tidak kewalahan sana-sini dan bingung harus mulai dari mana. Fokus pun baiknya harus dijaga. Jangan malah pada saat banyak luang kita kasih kendor untuk “bersantai”, tapi gedebag gedebug lagi nanti saat mendekati deadline tugas. Lelah sekali bukan bila seperti itu melulu?

Lingkaran excuse pun berulang saat kita hanya mengandalkan ingatan kita yang sangat berbatas ini. Padahal untuk bisa menghadapi segala yang terjadi di depan mata tak melulu bisa dihadapi dengan siap-siap seadanya. The power of kepepet, istilah andalan yang sering kita dengar tentang kebiasaan para deadliners. Iya sih, kalau tugas tersebut sudah rutin kita lakukan, risiko untuk ada yang skip akan lebih minim dibandingkan pada saat awal-awal kita melakukan tugas tersebut. Tapi, bukan berarti sama sekali nggak ada persiapan dan mengandalkan kebiasaan. Sebab nggak melulu proses mengerjakan tugas yang sudah biasa itu bisa terus lancar jaya dan nggak ada masalahnya. Bisa jadi pula karena kita sering tanpa persiapan, saat ada hal-hal yang tak terduga malah jadi luput dari perhatian kita. Jadi deh bom waktu, yaitu pada saat ada kesalahan yang signifikan terjadi gara-gara kita kurang persiapan.

Pernah suatu waktu aku memberanikan diri untuk coba mengajar les matematika seorang pelajar asing yang masih tingkat SMP. Waktu itu, temanku yang memberi info menyarankan padaku untuk coba dulu aja, hingga aku pun benar mencoba peluang tersebut. Tapi, rupa-rupanya ada satu hal yang aku luput dari kata “coba dulu aja” itu. Aku lupa untuk menakar kapasitas diri dan bersiap-siap lebih karena yang akan kuhadapi bukan hanya mengajar matematika seorang anak SMP, melainkan juga harus menyiapkan penyampaian Bahasa Inggrisnya. Hingga akhirnya langkahku terhenti di hari kedua karena aku menyerah dengan segala ketidaksiapanku pada saat itu.

Dari pengalaman tersebut aku pun belajar bahwa sangat penting untuk mempersiapkan segala sesuatunya di awal agar kita bisa antisipasi apa yang akan terjadi dan kewalahan yang bisa kita temukan saat kita hanya mengandalkan spontanitas diri. Daripada kita harus mulai dengan siap tak siap harus siap, akan lebih menenangkan bila kita bersiap dari jauh-jauh hari. Jadi, penting untuk kita terus bersiap akan segala detik yang kita sedang miliki sekarang. Bukan hanya untuk menghindari kewalahan, tetapi juga untuk lebih menghargai waktu yang kita punya hingga saat ini.

Sahabat Berbuluku Mati

Sahabat berbuluku mati baru saja tadi. Masih segar di ingatan tadi sore dia melompat dari pagar sebelah, meminta makan. Dia bergabung makan di piring-piring yang kusediakan bersama yang lainnya. Tak ada sakit apa-apa. Nampak tak akan ada yang kenapa-kenapa saat itu.

Namun selepas Isya, saat aku hendak mencuci piring. Dia sudah kesakitan dan muntah darah. Tak tau kenapa, semua mendadak saja. Mulutnya sudah berdarah-darah. Napasnya sudah tersengal-sengal. Aku panik, tapi juga pasrah. Dalam hitungan menit semua selesai. Kucingku kembali meninggalkanku selamanya.

Tak terbayang bila hari ini aku harus kehilangan seekor lagi. Tak menyangka rupanya secepat itu. Kucing yang selama ini jadi teman di kala sepi. Bahkan saat aku sedih, dia seolah paham apa yang sedang kurasakan. Saat kemarin choco chip tak pulang dua hari, cimot masih sering menghampiriku. Seolah dia tau aku khawatir dan sedih.

Tak tau bila harus secepat ini. Tak tau bila harus semendadak dan semengenaskan tadi. Semua begitu mendadak dan cepat.

Rupanya kematian benar-benar bisa datang kapan saja. Meski ini seekor kucing, tetap saja membuatku terhenti melihat sebuah proses sekarat kucingku tadi. Saat tak berdaya dan begitu lemah untuk melawan. Hingga semua terhenti. Benar-benar terhenti.

Cimotku sayang. Kamu pergi begitu tiba-tiba. Kali ini bukan hanya menghilang berhari-hari ke atas atap sana. Kali ini kamu nggak akan di sini lagi. Kali ini kamu benar-benar pergi.

Terima kasih cimot sudah menemani selama ini. Sudah memberikan pemahaman padaku akan kasih sayang seekor ibu kucing ke anaknya. Sudah membuatku nggak terlalu merasa sendirian dan sepi. Kali ini rupanya kamu sudah waktunya pergi. Bye Cimot.. 😥

Terlihat Jelas

Segalanya mulai nampak, bahwa masa depan tidak sepenuhnya bisa tergambarkan sesuai nyata yang akan kita temui nantinya. Satu persatu terjelaskan. Perlahan semua terkuak. Pada hari ini aku masih terus sebagai pembelajar yang terus berusaha untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Allah masih tetap memberikan waktu dan kesempatan untukku hingga detik ini.

Dan lagi-lagi aku diingatkan untuk tidak sedikitpun memiliki harapan yang tinggi kepada makhluk bernama manusia yang selalu pada akhirnya membuatku kecewa. Termasuk saat berharap pada diri sendiri yang juga sebagai manusia, makhluk penuh cela. Pada akhirnya semua pengharapan ini haruslah datang pada-Mu saja ya Rabb. Aku masih terlalu sombong hingga hari ini sebab jarang meminta segala yang aku perlukan. Aku merasa mampu dan berusaha kuat pada diri sendiri yang sesungguhnya selemah ini. Menahan hati untuk tidak kemana-mana, tapi seringnya gagal. Maaf ya Allah.. Lagi-lagi kecewa itu hinggap, walau mungkin tidak sedalam sebelumnya. Alhamdulillah kembali aku diingatkan pada hari ini. Pada hari yang mungkin seharusnya biasa saja, tapi mendadak tersulut kecewa dengan cepatnya karena hati yang berharap pada tempat yang salah. Maafkan aku yang masih lalai ini ya Allah..

Charger..

Malam, aku pulang. Capek, tapi lega saat pulang karena akhirnya bisa istirahat lagi. Buka pintu, dan langsung bergegas panggil mama. Kadang kalo lagi penat banget suka mendadak manja ndusel-ndusel ke mama. It’s so relaxing for a while.. She’s like charger for me..

Pokoknya rasanya capek hilang sejenak saat peluk mama atau dipeluk mama :”).

Pengen kalo nanti sama Allah dikasih nikmat menikah dan punya anak, bisa sebonding aku dan mama sekarang. Bisa masih jadi tempat pelarian kalo capek, jadi sumber ketenangan pas gelisah..:)

Semoga ya Allah aku bisa jd mama yg baik di masa depan nanti. Aamiin.. :’)

Masih Takut

Masih dengan perasaan takut yang sama. Takut tidak bisa maksimal, takut nanti hanya lebih banyak menyusahkan, takut terlalu cuek dimana harusnya perhatian.. Masih, masih takut..

Beberapa hari kebelakang memang sering kepikiran. Apa iya nanti aku bakal nikah? Apa iya ada yang benar-benar akan memilihku menjadi pendamping, menjadi teman hidup berjuang bersama.. akankah itu nantinya sungguhan? Sering aku merasa begitu pesimis akan hal tersebut.

Sampai sekarang masih dengan overthinking ku dan minim persiapan. Bukankah aku seharusnya beberes, bersiap-siap bila si dia benar-benar datang. Masa iya aku hanya menghayal akan dijemput yg terbaik tp akunya tidak bergegas untuk mempersiapkan yang terbaik.

Kalau kata ustadz Nuzul, hari H itu tergantung persiapan2 di H- nya.. Jadi kalo mau berhasil, harus matang persiapan di hari-hari sebelumnya..

#RPJnotes

Untitled

My Friends..

They are around me everytime..

I can see them..

In a green bullets on my right screen..

In their story every times when it’s shared..

In the words and picture every times they post something..

I always can see them from my screen..

 

Sometimes, it feels great when we could know how condition of each others from the screen without chat each of person..

When we could share our condition indirectly to people..

But, sometimes it just something we want to showed up to others..

Maybe it could be our real condition..

However, sometimes we share to much condition of ourselves whether it is needed or not..

I don’t know it surely.. Well, It just my opinion..

 

 

 

 

 

Fase Ujian

heart-of-stone-1-300x225

Dulu, saya sempat suka pelajaran fisika. Tapi entah mengapa, setiap kali ujian nilai saya selalu remidial karena nanggung dari nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Berulang kali saya dapet nilai mepet dan harus ngulang ujian perbaikan lagi. Tapi karena saya suka Fisika, saya pun tetep senang karena jadi lebih sering belajar Fisika lagi gara-gara ulangan perbaikan itu. Hehe..

#nostalgiasekolah

So, malam ini saya mau bahas tentang ujian gara-gara keingat remidial Fisika tersebut.

Bagi saya, hidup merupakan fase ujian. Kadang kita mendapat ujian kesenangan. Kadang pula kita mendapat ujian kepayahan. Tapi, bagi saya ujian kesenangan lebih memperdayakan kita untuk lalai dibanding dengan ujian kepayahan. Ujian itu terus berulang yang menurut saya hikmahnya adalah saya jadi belajar mengendalikan diri dari ujian-ujian yang saya hadapi tersebut.

Oke, kita bahas ujian kesenangan dulu ya..

Saya pernah merasakan ujian kesenangan itu. Baru-baru ini. Ketika apa yang saya inginkan mulai mudah untuk saya dapatkan. Saya kurang menghargai proses lagi. Biasanya saya perlu menabung berbulan-bulan untuk mendapatkan benda yang saya inginkan. Saya kurangi jajan saya, saya tabung uangnya hingga cukup. Saat berhasil membeli benda tersebut, sungguh luar biasa bahagianya. Mendapatkan apa yang diinginkan dengan perjuangan, kesabaran, serta doa supaya kesampaian.

Berbeda dengan sekarang, beberapa kali saya terlanjur boros dengan apa yang saya miliki. Saya lupa kata-kata menabung. Saya lupa penantian panjang untuk mendapatkan sesuatu. Saya lupa nasihat ayah tentang “Makan untuk hidup” bukan “Hidup untuk makan”. Saya jadi lalai untuk hal-hal itu.

Mulailah sekarang saya kembali berpikir tentang apa yang saya butuhkan dan apa yang saya inginkan. Jangan sampai “butuh” dan “ingin” tersebut malah menjadi samar. Saya ingin mengatur diri saya sendiri lagi. Dan merenungi apa yang telah membuat saya jadi terperdaya selama ini.

Kemudian tentang ujian kepayahan..

Hmm.. Menurutku, saya lebih suka diuji dengan kepayahan. Karena disaat kita terpuruk dan sedih, disitulah seperti muncul keinginan untuk menelusuri kesalahan selama ini. Di titik ini saya lebih nyaman untuk merenung dan mengadukan keluh kesah hanya pada Nya. Dan disitulah solusi dan harapan untuk bangkit mulai kembali. Aku suka dengan ujian kepayahan ini. Karena bila mengalami ujian ini, rasanya kita sedang dapat perhatian khusus dari Allah swt. tentang diri kita yang terlalu lama jauh dari Nya. Dan gak ada solusi lain lagi selain mendekat pada Allah swt. dan memuhasabah diri untuk bisa menjadi lebih baik lagi di kesempatan yang masih ada. Akan sangat lega dan bahagia bila kita bisa melewati ujian kepayahan tersebut.

Oke, kawan.. honestly, tulisan ini hanya renungan saya semata yang sudah lama gak merenung lagi.. Tapi, jangan lupa untuk yakin ya, kawan.. bahwa ujian yang kita hadapi gak akan sampai melampaui batas maksimal kita. Kita pasti bisa menghadapi berbagai ujian tersebut. Bismillah.. Yakin aja. Dan jangan sekali-kali kita putus asa bila mendapat ujian. Ujian itu bentuk kasih sayang Allah kepada kita. Sok lah mendekat kepada Allah lagi biar tenang. Perbaiki solat lagi, mulai bersihin hati lagi. Mungkin aja hati kita udah berkerak selama ini jadi terus-terusan sulit menerima segala hikmah di kehidupan sehari-hari. Jadi, yuk bangkit lagi.. La tahdzan.. Innallaha ma’ana..

Dan semua pelajaran pun kembali pada diri sendiri. Sejauh mana kita bisa membaca diri selama ini. Bismillah.. Semangat lagi.. 🙂

#yukmerenung

#bacadiri #bacalingkungan #bacaqur’an

#perbaikidirikiniataumenyesalnanti

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..” (QS. Al Baqarah : 286)

 

Satnite Random..

Mengapa saya harus panik ya..? Padahal semua sudah diatur, tugas saya mah hanya berusaha aja dan doanya. Tapi, kenapa saya suka panik ini dan itu ya. Kurangkah semua ini? Atau saya nya yang kurang bersyukur..?

Hmm.. Sebenarnya saya heran. Apa sedang banyak yang tidak berkah dari cara hidup saya selama ini ya, hingga jadi merasa ada yang kurang aja terus. Saya kadang suka bingung sendiri mikirnya.

Saya punya target, saya punya mimpi. Saya gak mau terjebak di rasa nyaman. Apalagi terjebak di rasa tidak nyaman. Saya merasa, saya capek, suka ngeluh, dan kurang bermanfaat selama ini. Seperti saya hanya mementingkan keinginan saya saja selama ini, dan kurang memikirkan perkembangan orang-orang di sekitar saya selama ini. Padahal menurut saya, itu sangat penting. Mumpung masih hidup.

Bayangin aja, selama hidup, saya tinggal di keluarga dengan nyaman, gak mikirin tinggal di mana, gak mikirin besok ada makan apa enggak, dikasih kesempatan sekolah, menuntut ilmu dengan lebih mudah, dan segala hal yang dipermudah untuk hidup selama ini. Tapi, di sisi lain, saya gak pernah memberikan perhatian lebih untuk orang-orang terdekat saya. Mungkin pernah, tapi jarang. Gak ngerti sih, kenapa ngerasa kayak gini. Saya ngerasa, masih suka merepotkan meski sudah sebesar ini. Belum benar-benar mandiri. Dan suka mikir dan takut gak bisa nyelesain “PR-PR” dari orang tua yang kadang mereka gak sengaja bilang ke saya karena mereka inginkan itu dari saya. Saya terkadang hanya takut gak sempat aja untuk jadi terbaik buat mereka. Gitu aja, sih.

Waktu itu, hari pahlawan kalo gak salah. Di TV lagi nayangin talkshow tentang “Siapakah pahlawan buatmu selama ini?”

Kebanyakan menjawab pahlawan mereka adalah orang tua mereka. Terus ayah nanya tapi gak secara langsung ke saya. “Ayah masuk list gak ya jadi pahlawannya Rini?”

Saya senyum-senyum aja, pura-pura gak denger dan cengengesan. Hehe Dalam hati,
“Ya iyalah Yah. Ayah sama Mama lah pastinya. Dan harusnya lebih dari pahlawan sih. Hehe”

Tapi, ya itu.. Saya merasa masih begini-gini aja. Kurang memberikan yang terbaik buat mereka. Semoga lah ya.. Bismillah aja.. yang penting lurus aja niatnya Rin.. jangan belok-belok ya..

Okay..

#random

#galaumalming

#me

#updateblog

Terbaik.. #1

Mama’ saya rajin orangnya. Dari SD udah bisa masak sendiri, nyuci jg disuruh cuci sendiri, punya adek tiga cowok semua, makin dituntut rajinlah mama’ saya itu. Anak pertama, walau perempuan tp jagoan. Kalo dibilang galak, iya. Tapi, baik. Kalo gak baik, gak segede ini saya sekarang. hehe

Mama’ saya mandiri orangnya. Ngerjain apa-apa sendiri. Saya jarang disuruh ini itu, tapi kalo denger pagi-pagi udah bunyi cuci piring di dapur dan saya masih tidur, wuih merasa bersalah sangat saya. Kadang emang lanjut tidur juga sih sayanya. Mama’ saya diem aja. Paling pas saya bangun dan turun, langsung deh.. “Anak gadis jam segini baru bangun!!”. Secara gak langsung itu SP1 bagi saya. Tepok jidat, duh pemalas saya ya..

Besok besoknya, atau abis sindiran kayak tadi biasanya saya langsung sadar dan ikut ngebantu (kadang). hehe

Dan sejak saya kerja dr pagi pulang malam, mama’ saya panggil dengan ibuk kost. Soalnya mulai jarang ketemu mama’ yg full time di rumah. Kadang pas malem, karena udah tepar jadi gak makan masakan rumah. Sebulan sekali, saya bayar ‘uang kost’, yang sebenernya gak akan ada bayaran yang bisa setimpal dengan yang mama’ kasih ke saya.
Mama’ juga jarang minta, malah kadant saya gak enak dan serba salaj sendiri, soalnya mama’ kadang masih nyuciin pakaian saya, kalo saya terlalu nunda nyuci baju. Di situ saya jadi serba salah. Hmm..

Tapi ya begitulah mama’ dan mama’2 yang lain semuanya. Pasti gitu kan ke anaknya. Maunya gak ngerepotin, maunya gak macem2, maunya anaknya seneng dia pun ikut seneng. So, jangan macem-macem sama mama’. Harus sopan, gak boleh ngebantah meski cuma ‘ah’, gak boleh marah apalagi ngebentak. So, yuk inget lagi buat sayang dan berbakti sama mama’2 kita. Dan doakan yang terbaik untuk mereka. 🙂

Semoga kelak kita jadi mama’ atau orang tua yang kelak dibanggakan oleh anak-anak kita nanti. Aamiin..
Selamat malam.. Selamat beristirahat.. 🙂

Kamulah yang Beruntung

Berhasilkah diriku membuatmu tertarik..?

Aku tak berharap terlalu jauh untuk kau dapat langsung akrab denganku

Aku tak berharap kau langsung dapat dekat dan ingin meluangkan waktu untukku selalu

Atau paling tidak, ada waktu untukmu dekat denganku

 

Tapi, berhasilkah diriku membuatmu tertarik..?

Dengan semua kejelasan yang ada pada diriku untuk dapat menuntunmu

Dengan adanya ketenangan bila kau menyuarakanku

Melantunkanku dalam lima waktumu setiap hari

Hmm.. Bisakah..?

 

Atau mungkin aku ganti pertanyaannya

Perlukah diriku bagimu..?

Pentingkah aku..?

Atau kau hanya membiarkanku berdebu di ujung sana..

Dan mendekatiku bila ada perlunya saja..

 

Hmm..

Bisakah diriku membuatmu tertarik..?

Bila kau baca aku, menyuarakan aku dalam lantunanmu, memahamiku..

Mungkin, barulah kamu akan tertarik..

Dan, bukan hanya akan tertarik..

Melainkan,

Kamulah yang beruntung..

 

luar-biasa-ternyata-inilah-arti-cinta-menurut-al-quran-1

“…Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.”     (Q.S. Al-A’raf (7) : 157)