Rindu Kampung Halaman

rumah (1)

Biapun awak lamo di rantau ko..

Ndak ka lupo jo kampuang dan sanak sudaro ..”

 

Meski, hanya beberapa kali ke sana..

Sehari, dua hari, paling lama seminggu..

Entah mengapa rindu ini selalu ada setiap tahunnya..

Rindu suasanannya, orang-orangnya, dan perjalanannya ke sana yang menurutku sangat menyenangkan..

Aku tidak ingin memaksakan untuk rutin ke sana tiap tahun

Aku juga jarang meminta ke pada kedua orang tuaku untuk ke sana lagi

Tapi, setidaknya aku perlu tahu, aku ingin merasakan lagi

Betapa senangnya ketika kau bisa berkumpul dengan sanak saudaramu di sana

Ya.. sederhana dan begitu menyenangkan

Aku tak tau, tentu seharusnya kedua orang tuaku yang akan lebih rindu untuk ke sana

30 tahun lebih mereka merantau..

Dan baru 5 tahun kemarin kami berkunjung lagi ke sana

Ooh betapa..

Aku rindu kampung halamanku..

Berharap tahun depan bisa ke sana..

Bertemu sanak saudara yang kini sama-sama telah tumbuh besar seperti diriku sekarang

Bertemu kedua nenekku, paman-pamanku, makan sate padang di Balai Baru

Pergi raun keliling Pariaman, Bukittinggi, Padang Panjang

Ingin sekali aku bisa merasakannya..

Satu Kata Sederhana

cinta1

Cinta..

Entah, apakah aku pernah benar-benar merasakannya atau tidak. Mungkin aku masih bingung bagaimana mendefinisikan satu kata tersebut. Sebab yang kupahami awalnya mengenai cinta, hanyalah suatu rasa suka terhadap lawan jenis kita. Akan tetapi, ternyata, tidak sesempit itu definisi dari cinta. Itu hanyalah salah satu contoh bagian kecil dari cinta.

Seiring bergulirnya waktu, pemahamanku semakin bertambah akan definisi kata ‘cinta’ tersebut. Ternyata, kata ‘cinta’ itu tidak bisa asal sebut saja. Butuh bukti serta pemahaman yang jelas sehingga kata tersebut tidak bisa sembarangan terlontar dari mulut kita. Sebelum meyakini bahwa kita telah mengakui ‘cinta’, perlu ditelusuri bagaimana usaha kita dalam merangkai kata yang terdiri dari lima huruf tersebut. Tidak semudah menyusun huruf c-i-n-t-a, tetapi ada lika-likunya, ada banyak pengorbanan dibalik satu kata yang sangat sederhana tersebut.

Dulu, waktu aku masih kecil, kata ‘cinta’ itu seolah tabu untuk aku katakan. Kata anggota keluargaku, aku masih anak kecil, belum pantas mengatakan kata tersebut. Hmm, mungkin itu dia yang membuatku menyimpulkan bahwa definisi ‘cinta’ di kala itu masih sempit, hanya sekadar rasa suka pada lawan jenis, seperti yang kukatakan tadi. Lalu, kini, aku sedikit demi sedikit paham bahwa ‘cinta’ itu bisa aku katakan ke orang tuaku, ke kedua kakakku, ke teman-temanku, bahkan ke semua orang. Namun, lagi-lagi aku bingung. Pantaskah aku mengatakan kata ‘cinta’, padahal apa yang aku lakukan belum sepadan dengan makna kata cinta itu sendiri.

(Sejenak menghela nafas..) Kemudian, aku bertemu teman-temanku yang membuatku semakin menelusuri arti kata ‘cinta’ tersebut. Setelah sekian lama yang aku lewati dalam hidupku, suatu hari, ada sesuatu yang luar biasa yang kupahami tentang cinta.

Uhibbukum fillah’, ‘aku mencintai kalian karena Allah’.

Kata-kata tersebut merupakan kata-kata terindah yang kupahami tentang cinta. Ternyata, itulah cinta yang sesungguhnya. Ketika cinta itu berdasar dari Sang Pemilik Cinta itu. Seperti yang telah kusebutkan sebelumnya, kata yang sederhana ini sungguh memiliki makna yang luar biasa.